Sebuah anugerah yang diberikan Tuhan kepada ummatnya adalah saling
mencintai dan dapat mencintai sepenuh hati. Saling mencintai karena-Nya, bukan
karena sebuah hawa nafsu belaka yang menjerumuskan manusia kepada duka nestapa.
Adapun mereka yang dapat menahan dan melawan hawa nafsu mereka adalah mereka
yang sejatinya dapat menjaga kesucian cinta mereka yang nantinya akan
dipersembahkan kepada pemilik hati dan yang akan menjadi teman hidup hingga
akhir hayat.
Jikalau ingin memiliki hati seseorang nantinya, maka hal yang
pertama kali harus di lakukan adalah mendekati Si Pemilik Hati dari segala hati
yang ada di muka bumi ini. Jangan pernah berharap mendapatkan cinta yang hakiki
dan sebenar-benarnya kasih jikalau hanya memangku tangan juga dagu tanpa adanya
sebuah usaha atau sebuah pergerakan yang dimulai dari dalam diri sendiri.
Semuanya butuh pengorbanan.
Ada 2 macam cinta di dunia, cinta positif dan juga cinta negatif.
Tidak seperti kedua kutub yang ada dibumi apabila positif dan negatif akan bertemu
maka memiliki daya tarik yang begitu kuat, cinta positif dan negatif berjalan
secara individual tak seirama. Cinta positif membawa kedamaian, cinta negatif
membawa keresahan. Cinta positif dan negatif apabila bertemu tidak akan
memiliki efeek apapun, karena keduanya telah sepakat bahwa mereka tak mungkin
disatukan, mereka memiliki jalan yang berbeda, mereka tak sejalan.
Cinta positif merupakan cinta yang mengantarkan kita pada kedamaian
hidup didunia maupun dialam sesudahnya. Cinta tak perlu diucap lewat lisan
ataupun diumbar. Cukup kata hati saja yang tahu menahu mengenai hal ini. Karena
sejatinya mereka yang lebih suka mengumbar- umbar cinta mereka adalah mereka
yang tak paham akan kesucian cinta, cinta yang hakiki sesuai dengan hati dan syari’at agama.
Lalu bagaimana dengan pacaran dan LGBT?. Cinta yang tumbuh karena
pacaran merupakan hal yang dusta. Karena, itu adalah hawa nafsu yang sukar
terbendung. Awalnya biasa namun berakhir dengan luar biasa, mencintai dibatas
ambang kesadaran dan agama, lalu dibenci sesama manuisa dan Tuhannya. Untuk
LGBT, awalnya bukan merupakan sebuah hawa nafsu, namun sebuah gangguan yang
biasa dikenal dengan gangguan psikologi atau gangguan terhadapa mental dan
prilaku.
Berawal dari sebuah gangguan mental ataupun prilaku yang
menyebabkan akal sehat mereka juga terganggu yang berakhir pada sebuah
pengkhianatan pada diri sendiri dan
Tuhan yaitu sebuah pengkhianatan fitrah yang mana setiap manusia didunia
memiliki rasa cinta dan mencintai kepada lawan jenisnya karena Allah, bukan
kepada lawan jenis.
Pada kenyataannya cinta yang mendasar pada 2 fenomena diatas tak
layak untuk disebut sebagai ‘cinta’ namun ‘derita’. Karena menderitakan
fikiran, perasaan, raga si pelaku. Bukan hanya yang melakukannya saja namun
orang-orang terdekatnya juga akan muncul luka atas perbuatan negatif yang
mereka perbuat.
Cinta palsu itu tak akan bertahan lama. Seperti seseorang pernah
mengatakan apabila kita mencintai seseorang karena harta maka suatu saat kita
akan ditinggalkan karena alasan harta, ketika kita mencintai karena fisik maka
suatu saat kelak kita akan ditinggalkan dengan alasan fisik, dan ketika kita
mencintai tanpa alasan dan hanya hati yang dapat bicara, maka cinta itu akan
kokoh selama-lamanya hingga nanti saatnya tiba ajal menjemput. Karena hati tak
pernah dusta, karena Tuhan tahu yang terbaik segalanya untuk hambanya.
Semoga
kita selalu mencintai dan dicintai karena Allah, tanpa ada syarat yang
mengikuti dibelakangnya, tanpa ada keharusan kita mencinta dan dicinta karena
nafsu belaka. Barakallah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar