Senin, 13 Februari 2017

Penurunan Hemotokrit Pada Saat Adanya Luka Bakar


Penurunan Hemotokrit Pada saat Adanya Luka Bakar

EFEK PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR

1. Pada Kulit

Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah luka bakar tergantung pada luas dan ukuran luka bakar. Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns), respon tubuh bersifat lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami injuri. Sedangkan pada luka bakar yang lebih luas misalnya 25 % dari total permukaan tubuh (TBSA : total body surface area) atau lebih besar, maka respon tubuh terhadap injuri dapat bersifat sistemik dan sesuai dengan luasnya injuri. Injuri luka bakar yang luas dapat mempengaruhi semua sistem utama dari tubuh, seperti :

2. Sistem kardiovaskuler

Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine, histamin, serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalami injuri. Substansi – substansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga plasma merembes (to seep) kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung mengenai pembuluh akan lebih meningkatkan permeabilitas kapiler. Injuri yang langsung mengenai membran sel menyebabkan sodium masuk dan potasium keluar dari sel. Secara keseluruhan akan menimbulkan tingginya tekanan osmotik yang menyebabkan meningkatnya cairan intracellular dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih lanjut menyebabkan kekurangan volume cairan intravaskuler. Luka bakar yang luas menyebabkan edema tubuh general baik pada area yang mengalami luka maupun jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi penurunan sirkulasi volume darah intravaskuler. Denyut jantung meningkat sebagai respon terhadap pelepasan catecholamine dan terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya kardiac output. Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan hemokonsentrasi dari pengeluaran cairan intravaskuler. Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi melalui luka terjadi 4-20 kali lebih besar dari normal. Sedangkan pengeluaran cairan yang normal pada orang dewasa dengan suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml.

Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi organ. Jika ruang intravaskuler tidak diisi kembali dengan cairan intravena maka shock hipovolemik dan ancaman kematian bagi penderita luka bakar yang luas dapat terjadi.

Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler menurun, tetapi tidak mencapai keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri. Kardiac output kembali normal dan kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik tubuh kira-kira 24 jam setelah luka bakar. Perubahan pada kardiak output ini terjadi sebelum kadar volume sirkulasi intravena kembali menjadi normal. Pada awalnya terjadi kenaikan hematokrit yang kemudian menurun sampai di bawah normal dalam 3-4 hari setelah luka bakar karena kehilangan sel darah merah dan kerusakan yang terjadi pada waktu injuri. Tubuh kemudian mereabsorbsi cairan edema dan diuresis cairan dalam 2-3 minggu berikutnya.



Referensi

Rahayuningtyas,Tutik.2012.Penatalaksanaan Luka Bakar.Profesi.Vol  08.hal 2

Sabtu, 04 Februari 2017

Indeks Masa Tubuh(IMT) dan Obesitas

Obesitas dan Indeks Masa Tubuh.

Menurut Center for Disease Control (CDC) tahun 2012, prevalensi obesitas telah mencapai lebih dari 72 juta jiwa dan mencakup 17% populasi anak-anak.1 Prevalensi obesitas pada remaja di Indonesia saat ini 1,4% dan terus meningkat terutama di daerah perkotaan.Untuk masalah obesitas ini,dapat diketahui dengan cara menghitung gizi yang ada disdalam tubuh.Salah caranya adalah dengan pengukuran antropometri. Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah dan murah.Pengukuran antropometri dewasa ini menggunakan penghitungan Indeks Masa Tubuh (IMT).
Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah  perbandingan (rasio) berat badan/tinggi badan2(dalam meter) yang sering digunakan untuk menilai status gizi orang dewasa.Penggunaan IMT hanya dapat digunakan oleh orang dewasa 18 tahun keatas.Sehingga pengukuran IMT ini tidak berlaku bagi bayi,anak-anak,remaja ,maupun ibu hamil.
Pengukuran Indeks Masa Tubuh sangat erat terkaitannya dengan ukuran obesitas pada anak.Timbunan lemak yang ada dalam tubuh menyebabkan meningkatnya nilai Indeks Masa Tubuh. Penelitian (Kapiotis et al, 2006) anak obesitas memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah. Aktivitas fisik yang tidak adekuat menyebabkan semakin banyak lemak tubuh yang ditimbun pada jaringan yang rendah, hal ini dapat mempengaruhi kesehatan fisik anak yang mengalami obesitas (Anam, 2010).Ketika diukur dengan Indeks Masa Tubuh maka anak obesitas tersebut mengalami peningkatan nilai IMT dari pada yang tidak obesitas.
Observasi yang dilakukan tanggal 25 Maret 2013 pada siswa-siswi yang mengalami obesitas di SDN Kedungdoro V Surabaya pada waktu istirahat di sekolah hanya duduk, dan lebih banyak melihat teman sebayanya bermain. Penelitian (Adiwinanto et al, 2008) tentang pengaruh intervensi olahragaterhadap Body Mass Indeks (BMI) selama 6 minggu didapatkan penurunan BMI pada anak obesitas usia 12-14 tahun dari 27,36 kg/m² menjadi 26,84 kg/m².
Berikut merupakan rumus menghitung berat badan:
Berat badan normal=(tinggi badan-100)-10%
Atau
0,9(tinggi badan-1 00) denagn batasan
Minimum=0,8x (tinggi badan-100)
Maksimum=1,1x  (tinggi badan-100)
Berat badan yang berada dibawah batas minimum dinyatakan underweight atau kekurusan.Sedangkan berat badan yang berada diatas maksimum dinyatakan overweight atau kegemukan.(I Dewa,2014).
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO ,yang membedakan batas ambang wanita dan laki-laki.batas ambang normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan perempuan 18,7-23,8.WHO/FAO menyarankan penggunakan satu batas ambang antara laki-laki atau perempuan untuk kepentingan pemantauan defisiensi energi atau kegemukan.Laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan wanita untuk kategori gemuk tingkat berat.
Berikut cara untuk menghitung IMT:
Ani dengan tinggi badan 149 cm dan berat 44 kg.
IMT Ani adalah          44                   =19,8
                                (1,49)x(1,49)
Dalam hal ini,Ani termasuk kategori normal.
                Kesimpulannya bahwa pengukuran IMT ini adalah salah satu cara untuk mengukur komposisi tubuh yang sering digunakan saat ini.Kategori IMT yaitu kurang,normal ,lebih(overweight).


Referensi;

Supariasa,I Dewa Nyoman,2014,Penilaian Status Gizi Edisi 2,Penerbit Buku Kedokteran        EGC:Jakarta

Journal universitas Airlangga tentang Perubahan Antropometri Anak Sekolah Yang Mengalami Obesitas Paska Pemberian Terapi Bermain Gobak Sodor(2013)

Jornal universitas Diponogoro tentang Penentuan Dewasa Denagn Algoritma Naive Bayes Classification (Studi Kasus Puskesmas Jiken)