A ZERO HUNGER WORLD BY 2030 IS
POSSIBLE
I.
SEJARAH HARI PANGAN SEDUNIA
Adanya
peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) pada setiap tanggal 16 Oktober adalah
sebuah momentum yang mengingatkan dunia bahwa kekuatan setiap negara ditentukan
oleh kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh masyarakat secara
berkelanjutan. Momen HPS adalah untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian akan
pentingnya penanganan masalah pangan baik di tingkat nasional, regional maupun
global secara berkelanjutan.
Hari
Pangan Sedunia diinisiasi sebagai bentuk perhatian bahwa semakin rawannya
krisis pangan di dunia telah diingatkan oleh FAO (Food and Agriculture
Organization) sejak diselenggarakan Konferensi Pangan Sedunia di Roma tahun
1974. FAO pada Konferensi ke-20 bulan Nopember 1979 di Roma mencetuskan
Resolusi Nomor 179 yang disepakati semua negara anggota FAO termasuk Indonesia,
yang menetapkan untuk memperingati World Food Day (Hari Pangan Sedunia).
Peringatan HPS mulai tahun 1981 dilaksanakan setiap tanggal 16 Oktober, sesuai
dengan hari didirikannya FAO yaitu pada tanggal 16 Oktober 1945 di Quebec City,
Canada.
Tema
HPS tahun ini yaitu “A zero hunger world
by 2030 is possible” tema tersebut terkait penurunan angka kelaparan
didunia, tema ini sejalan dengan target SDGs 2030 yaitu “mengakhiri kelaparan,
mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang
berkelanjutan”. menanggulangi masalah kelaparan menjadi penekanan pada poin 2
SDGs, Dengan Negara bukan hanya bertanggung jawab untuk mengakhiri kelaparan,
namun juga menjamin ketersediaan dan keamanaan pangan dan memajukan pertanian
yang berkelanjutan.
II.
ANGKA KELAPARAN DI INDONESIA
Tingkat
kelaparan Indonesia masih berada di level serius. Hal ini berdasarkan Global
Hunger Index (GHI) 2016. GHI dibuat untuk mengukur dan melacak kondisi
kelaparan secara global. Indeks ini dikeluarkan oleh International Food Policy
Research Institute (IFPRI), sebuah lembaga penelitian internasional yang selalu
melakukan riset di bidang kelaparan dan kekurangan gizi di negara berkembang.
Peningkatan angka GHI suatu negara menunjukkan situasi kelaparan semakin
memburuk. GHI menggunakan empat indikator yang bisa mewakili pemenuhan gizi
suatu negara. Indikator tersebut yaitu kondisi kekurangan gizi seluruh
penduduk, berat badan dan tinggi anak di bawah lima tahun, dan angka kematian
anak sebelum mencapai usia lima tahun.
Prosentase
penduduk Indonesia yang kelaparan, turun dari 19,7 persen di tahun 1990-1992,
menjadi hanya 7,9 persen di tahun 2014-2016. Pertumbuhan ekonomi yang pesat
membantu Indonesia menurunkan angka kelaparan. Namun, meskipun telah berhasil
menurunkan angka kelaparan hingga 50 persen, Indonesia masih dinilai lambat
dalam mengurangi jumlah penduduk yang kekurangan gizi, khususnya anak-anak
dibawah usia 5 tahun. Dari data terakhir, hampir 37 persen balita di Indonesia
menderita stunting atau terhambat pertumbuhannya karena kekurangan gizi.
Direktur
Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat dari Millenium Challenge Account
Indonesia, Minarto, menjelaskan 7,6 juta balita di Indonesia menderita stunting
atau terhambat pertumbuhannya, akibat kekurangan gizi kronis. Kondisi ini
dikhawatirkan akan menurunkan kualitas sumber daya manusia di masa depan. MCA
Indonesia adalah badan yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia untuk
menjalankan program kesehatan dan gizi berbasis masyarakat untuk mengurangi
stunting.
III.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MASALAH KELAPARAN DI INDONESIA
Ada beberapa faktor yang menyebabkan masalah kelaparan di
Indonesia, antara lain:
1.
Kemiskinan
2.
Ketidakstabilan
Sistem Pemerintah
3.
Penggunaan
Lingkungan yang Melebihi Kapasitas
4.
Diskriminasi dan
Ketidakberdayaan
5.
Terbatasnya
Subsidi Pangan
6.
Meningkatnya
Harga Pangan
7.
Tingginya
Tingkat Pengangguran
8.
Kurangnya
Pengasuhan atau Kepedulian Keluarga
IV.
SOLUSI PENURUNAN ANGKA KELAPARAN DI INDONESIA
Untuk
mengatasi masalah kelaparan, pemerintah telah melakukan berbagai upaya, salah
satunya dengan adanya program Desa Mandiri Pangan (Village Food Resilience
Programme/DMP) yang dibesut Badan Ketahanan Pangan. Pada dasarnya, program ini
bertujuan untuk mendorong agar masyarakat desa memenuhi pangannya secara
mandiri sesuai dengan potensi wilayahnya. Masyarakat tidak dibatasi untuk
menanam komoditas apapun, selama dapat memberi manfaat secara ekonomi.
Kementerian
Pertanian (Kementan) terus berupaya untuk mengatasi masalah kelaparan di Tanah
Air dengan meningkatkan produktivitas di sektor pangan. Menurut FAO, ada
beberapa solusi untu menurunkan angka kelaparan di dunia, yaitu:
1.
Target Tuntaskan Kelaparan
Target
Zero Hunger atau tuntaskan kelaparan bisa menyelamatkan 3,1 juta anak dalam
setahun.
2.
Selamatkan Ibu dan Bayi
Ibu
yang memiliki gizi baik memiliki bayi yang lebih sehat dengan sistem kekebalan
tubuh yang lebih kuat.
3.
Tuntaskan Gizi Buruk
Usaha
menuntaskan kelaparan bisa menghentikan kekurangan gizi anak dan dapat meningkatkan
PDB negara berkembang sebesar 16,5 persen.
4.
Investasi
Satu
dolar yang diinvestasikan dalam pencegahan kelaparan dapat menghasilkan
keuntungan antara USD 15-1393.
5.
Berikan Nutrisi yang Tepat
Nutrisi
yang tepat di awal kehidupan bisa meningkatkan 46 persen lebih banyak
pendapatan seumur hidup.
6.
Tangani Kekurangan Zat Besi
Menghilangkan
anak dengan kekurangan besi dalam suatu populasi dapat meningkatkan
produktivitas di tempat kerja sebesar 20 persen di masa depan.
7.
Kurangi Angka Kematian Bayi
Tak
ada kelaparan artinya akan mengakhiri kematian anak terkait nutrisi. Selain itu
dapat meningkatkan tenaga kerja sebesar 9,4 persen.
8.
Kesejahteraan Sosial
Tak
ada kasus kelaparan bisa membangun negara lebih aman, sejahtera, makmur, dan
adil. Pendidikan generasi penerus juga lebih terjamin.
V.
KETAHANAN PANGAN
Ketahanan
pangan terwujud apabila secara umum telah terpenuhi dua aspek sekaligus.
Pertama adalah tersedianya pangan yang cukup dan merata untuk seluruh penduduk.
Kedua, setiap penduduk mempunyai akses fisik dan ekonomi terhadap pangan untuk
memenuhi kecukupan gizi guna menjalani kehidupan yang sehat dan produktif dari
hari ke hari (DK Pangan 2006). Terdapat 3 poin utama yang dapat diperhatikan,
yaitu kecukupmerataan, akses, dan fungsi. Pangan yang bergizi diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan sehari-hari manusia. Keberagaman dari sumber
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral akan menciptakan tubuh yang
berfungsi baik. Akses dalam hal ekonomi yang utama dan bisa dilihat signifikan
pengaruhnya karena masih banyaknya masalah perekonomian rendah terutama di
Indonesia ini. Serta pemerataan sumberdaya pangan dapat membuktikan daerah yang
memperhatikan peran ketahanan pangan pasti lebih berkembang. Sehingga,
ketahanan pangan yang berdaulat tentunya akan meningkatkan fungsi tubuh secara
individu dan tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan di suatu
negara.
Cara
yang mampu ditawarkan bagi kita para ahli gizi nantinya adalah tentang edukasi
promotif untuk masyarakat Indonesia melalui berbagai media, seperti sosialisasi
4 Pilar Pedoman Gizi Seimbang yang sampai sekarang belum dikenal masyarakat
yang masih lebih mengenal 4 Sehat, 5 Sempurna. Cara lain tentunya melalui peran
pemerintah yang bisa lebih memperhatikan kebutuhan petani, peternak, dan
nelayan sebagai arus utama pendukung terciptanya ketahanan pangan.
Dalam
konteks pengentasan kelaparan yg disebabkan oleh kemiskinan, ketahanan pangan
merupakan faktor kunci bagi pengurangan penduduk miskin sehingga penguatan
ketahanan pangan akan berdampak secara signifikan terhadap penurunan kemiskinan
dan kelaparan. Ketahanan pangan dapat dicapai melalui penyediaan pangan dan
strategi diversifikasi pangan.
Wakil
menteri pertanian RI, Dr Bayu, menyampaikan program pengentasan kemiskinan
serta kelaparan tidak dapat dipisahkan dengan kebijakan pembangunan pertanian,
pedesaan, dan kebijakan ketahanan pangan nasional. “Mayoritas penduduk miskin
tinggal di pedesaan dengan kondisi lahan marginal, kualitas SDM relatif rendah,
keterbatasan modal, serta belum memadainya fasilitas infrastruktur. Kelompok
masyarakat miskin ini sangat menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
Oleh karena itu, sebagai upaya mengentaskan kemiskinan, langkah strategis yang
harus dilakukan adalah membangun sektor pertanian dan pedesaan secara terpadu,”
jelasnya.
Jadi,
secara tidak langsung, ketahanan pangan dapat mengurangi kemiskinan yang
berhubungan dengan kelaparan dan kebutuhan pangan masyarakat dapat terpenuhi
dengan baik, dari segi diversitas nya, keterjangkauannya dan ketersediaannya.
VI.
PERAN AHLI GIZI
Ketahanan
Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup
sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Sesuai dengan Undang-Undang
No. 18 tahun 2012 tentang Pangan. Indonesia sebagai negara agraris yang besar
sesungguhnya memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, bahkan
memasok bagi kebutuhan pangan global. Namun demikian, beberapa pangan pokok
masih menghadapi berbagai permasalahan, baik ketersediaan dan pasokan maupun
harga.
Dalam
menurunkan angkaa kelaparan, pemerintah bersamaa kabupate kota telah menyusun
beberapa gerakan strategi, yaitu Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional pada
taahun 2011. Dalam pandan rencana aksi ini, disebutkan beberapa peran ahli
gizi, yaitu
1.
Perbaikan gizi masyarakat
Pemerintah
memfokuskan pada ibu pra-hamil, ibuhamil, dan anak. dalam perbaikan ini, tentu
melibatkan berbagai ranah keprofesian, tidak hanya ahli gizi saja. peran ahli
gizi adalah untuk mengintervensi gizi efektif untuk meningkatkan peengetahuan
akan gizi, dan memberikan implementasi2 khusus, seperti suplemen TTD pada ibu
hamil dan WUS, juga vitamin A pada anak.
2.
Peningkatan aksebilitas pangan yang beragam khususnya pada keluarga rawan
pangan dan miskin.
Dalam
mendapatkan pangan , pasti erat kaitannya dengan masalah ekonomi seseorang,
peran ahli gizi dalam hal ini adalah untu mengedukasi masyarakat tentang pangan
yang tersedia pada daerah tersebut, dan disesuaikan dengan status ekonomi
mayarakat tersebut, sehingga mengurangi dampak dari kemiskinan pada pemilihan
pangan.
3.
Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.
PHBS
sangat mempengaruhi status gizi seseorang, karena dapat menyebabkan berbagai
penyakit infeksi yang mempengaruhi status gizi seseorang. masyarakat harus
diedukasi secara intensif untuk terus mempraktikan PHBS ini.
4.
Melakukan berbagai penelitian terkait gizi untuk menunjang kemajuan kehidupan
masyarakat.
5.
Membantu pemerintah dalam membentuk kebijkan terkaait gizi untuk menanggulangi
berbagai masalah gizi yang ada.
Secara umum, ketahanan
pangan sebagian besar masyarakat Indonesia telah meningkat pada periode 2009
dan 2015. Hal ini, terutama sebagai dampak dari perbaikan pada beberapa
indikator ketahanan pangan dan gizi. Hasil ini menggembirakan, namun kemajuan
tersebut dapat mengalami hambatan jika tantangan-tantangan utama yang ada tidak
ditangani dengan baik.
Hasil kajian departemen Isu dan Advokasi Ikatan Lembaga Mahasiswa Gizi Indonesia 2018/2019
DAFTAR
PUSTAKA
Dewan Ketahanan Pangan
dan WFP. 2015. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia 2015 : Versi
Rangkuman
Hari Pangan Sedunia
Momen Wujudkan Kedaulatan Pangan Di Era Perubahan Iklim (Artikel ini diambil dari : www.depkes.go.id)
Jewarut, Riana
Siprianus. 2018. Upayakan Program Indonesia Zero Hunger, Ini Strategi Kementan.
JituNews.com [INTERNET]: Tersedia
pada http://jitunews.com/read/42191/upayakan-program-indonesia-zero-hunger-ini-strategi-kementan#ixzz5V29nuG46
Pallutturi, Sukri.2015.
Health Politics Teori Dan Praktek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Syadri,
Muhammad. 2017. 8 Upaya Dunia Tuntaskan Masalah Kelaparan dan Rawan Pangan.
JawaPos [INTERNET]: https://www.jawapos.com/internasional/16/10/2017/8-upaya-dunia-tuntaskan-masalah-kelaparan-dan-rawan-pangan
Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar