Minggu, 10 Februari 2019

Hari Pangan Sedunia 2019


A ZERO HUNGER WORLD BY 2030 IS POSSIBLE

I. SEJARAH HARI PANGAN SEDUNIA
Adanya peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) pada setiap tanggal 16 Oktober adalah sebuah momentum yang mengingatkan dunia bahwa kekuatan setiap negara ditentukan oleh kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh masyarakat secara berkelanjutan. Momen HPS adalah untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian akan pentingnya penanganan masalah pangan baik di tingkat nasional, regional maupun global secara berkelanjutan.
Hari Pangan Sedunia diinisiasi sebagai bentuk perhatian bahwa semakin rawannya krisis pangan di dunia telah diingatkan oleh FAO (Food and Agriculture Organization) sejak diselenggarakan Konferensi Pangan Sedunia di Roma tahun 1974. FAO pada Konferensi ke-20 bulan Nopember 1979 di Roma mencetuskan Resolusi Nomor 179 yang disepakati semua negara anggota FAO termasuk Indonesia, yang menetapkan untuk memperingati World Food Day (Hari Pangan Sedunia). Peringatan HPS mulai tahun 1981 dilaksanakan setiap tanggal 16 Oktober, sesuai dengan hari didirikannya FAO yaitu pada tanggal 16 Oktober 1945 di Quebec City, Canada.
Tema HPS tahun ini yaitu “A zero hunger world  by 2030 is possible” tema tersebut terkait penurunan angka kelaparan didunia, tema ini sejalan dengan target SDGs 2030 yaitu “mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan”. menanggulangi masalah kelaparan menjadi penekanan pada poin 2 SDGs, Dengan Negara bukan hanya bertanggung jawab untuk mengakhiri kelaparan, namun juga menjamin ketersediaan dan keamanaan pangan dan memajukan pertanian yang berkelanjutan.
II. ANGKA KELAPARAN DI INDONESIA
Tingkat kelaparan Indonesia masih berada di level serius. Hal ini berdasarkan Global Hunger Index (GHI) 2016. GHI dibuat untuk mengukur dan melacak kondisi kelaparan secara global. Indeks ini dikeluarkan oleh International Food Policy Research Institute (IFPRI), sebuah lembaga penelitian internasional yang selalu melakukan riset di bidang kelaparan dan kekurangan gizi di negara berkembang. Peningkatan angka GHI suatu negara menunjukkan situasi kelaparan semakin memburuk. GHI menggunakan empat indikator yang bisa mewakili pemenuhan gizi suatu negara. Indikator tersebut yaitu kondisi kekurangan gizi seluruh penduduk, berat badan dan tinggi anak di bawah lima tahun, dan angka kematian anak sebelum mencapai usia lima tahun.
Prosentase penduduk Indonesia yang kelaparan, turun dari 19,7 persen di tahun 1990-1992, menjadi hanya 7,9 persen di tahun 2014-2016. Pertumbuhan ekonomi yang pesat membantu Indonesia menurunkan angka kelaparan. Namun, meskipun telah berhasil menurunkan angka kelaparan hingga 50 persen, Indonesia masih dinilai lambat dalam mengurangi jumlah penduduk yang kekurangan gizi, khususnya anak-anak dibawah usia 5 tahun. Dari data terakhir, hampir 37 persen balita di Indonesia menderita stunting atau terhambat pertumbuhannya karena kekurangan gizi.
Direktur Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat dari Millenium Challenge Account Indonesia, Minarto, menjelaskan 7,6 juta balita di Indonesia menderita stunting atau terhambat pertumbuhannya, akibat kekurangan gizi kronis. Kondisi ini dikhawatirkan akan menurunkan kualitas sumber daya manusia di masa depan. MCA Indonesia adalah badan yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia untuk menjalankan program kesehatan dan gizi berbasis masyarakat untuk mengurangi stunting.
III. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MASALAH KELAPARAN DI INDONESIA
            Ada beberapa faktor yang menyebabkan masalah kelaparan di Indonesia, antara lain:
1.      Kemiskinan
2.      Ketidakstabilan Sistem Pemerintah
3.      Penggunaan Lingkungan yang Melebihi Kapasitas
4.      Diskriminasi dan Ketidakberdayaan
5.      Terbatasnya Subsidi Pangan
6.      Meningkatnya Harga Pangan
7.      Tingginya Tingkat Pengangguran
8.      Kurangnya Pengasuhan atau Kepedulian Keluarga
IV. SOLUSI PENURUNAN ANGKA KELAPARAN DI INDONESIA
Untuk mengatasi masalah kelaparan, pemerintah telah melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan adanya program Desa Mandiri Pangan (Village Food Resilience Programme/DMP) yang dibesut Badan Ketahanan Pangan. Pada dasarnya, program ini bertujuan untuk mendorong agar masyarakat desa memenuhi pangannya secara mandiri sesuai dengan potensi wilayahnya. Masyarakat tidak dibatasi untuk menanam komoditas apapun, selama dapat memberi manfaat secara ekonomi.
Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya untuk mengatasi masalah kelaparan di Tanah Air dengan meningkatkan produktivitas di sektor pangan. Menurut FAO, ada beberapa solusi untu menurunkan angka kelaparan di dunia, yaitu:
1. Target Tuntaskan Kelaparan
Target Zero Hunger atau tuntaskan kelaparan bisa menyelamatkan 3,1 juta anak dalam setahun.
2. Selamatkan Ibu dan Bayi
Ibu yang memiliki gizi baik memiliki bayi yang lebih sehat dengan sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat.
3. Tuntaskan Gizi Buruk
Usaha menuntaskan kelaparan bisa menghentikan kekurangan gizi anak dan dapat meningkatkan PDB negara berkembang sebesar 16,5 persen.

4. Investasi
Satu dolar yang diinvestasikan dalam pencegahan kelaparan dapat menghasilkan keuntungan antara USD 15-1393.
5. Berikan Nutrisi yang Tepat
Nutrisi yang tepat di awal kehidupan bisa meningkatkan 46 persen lebih banyak pendapatan seumur hidup.
6. Tangani Kekurangan Zat Besi
Menghilangkan anak dengan kekurangan besi dalam suatu populasi dapat meningkatkan produktivitas di tempat kerja sebesar 20 persen di masa depan.
7. Kurangi Angka Kematian Bayi
Tak ada kelaparan artinya akan mengakhiri kematian anak terkait nutrisi. Selain itu dapat meningkatkan tenaga kerja sebesar 9,4 persen.
8. Kesejahteraan Sosial
Tak ada kasus kelaparan bisa membangun negara lebih aman, sejahtera, makmur, dan adil. Pendidikan generasi penerus juga lebih terjamin.

V. KETAHANAN PANGAN
Ketahanan pangan terwujud apabila secara umum telah terpenuhi dua aspek sekaligus. Pertama adalah tersedianya pangan yang cukup dan merata untuk seluruh penduduk. Kedua, setiap penduduk mempunyai akses fisik dan ekonomi terhadap pangan untuk memenuhi kecukupan gizi guna menjalani kehidupan yang sehat dan produktif dari hari ke hari (DK Pangan 2006). Terdapat 3 poin utama yang dapat diperhatikan, yaitu kecukupmerataan, akses, dan fungsi. Pangan yang bergizi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan sehari-hari manusia. Keberagaman dari sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral akan menciptakan tubuh yang berfungsi baik. Akses dalam hal ekonomi yang utama dan bisa dilihat signifikan pengaruhnya karena masih banyaknya masalah perekonomian rendah terutama di Indonesia ini. Serta pemerataan sumberdaya pangan dapat membuktikan daerah yang memperhatikan peran ketahanan pangan pasti lebih berkembang. Sehingga, ketahanan pangan yang berdaulat tentunya akan meningkatkan fungsi tubuh secara individu dan tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan di suatu negara.
Cara yang mampu ditawarkan bagi kita para ahli gizi nantinya adalah tentang edukasi promotif untuk masyarakat Indonesia melalui berbagai media, seperti sosialisasi 4 Pilar Pedoman Gizi Seimbang yang sampai sekarang belum dikenal masyarakat yang masih lebih mengenal 4 Sehat, 5 Sempurna. Cara lain tentunya melalui peran pemerintah yang bisa lebih memperhatikan kebutuhan petani, peternak, dan nelayan sebagai arus utama pendukung terciptanya ketahanan pangan.
Dalam konteks pengentasan kelaparan yg disebabkan oleh kemiskinan, ketahanan pangan merupakan faktor kunci bagi pengurangan penduduk miskin sehingga penguatan ketahanan pangan akan berdampak secara signifikan terhadap penurunan kemiskinan dan kelaparan. Ketahanan pangan dapat dicapai melalui penyediaan pangan dan strategi diversifikasi pangan.
Wakil menteri pertanian RI, Dr Bayu, menyampaikan program pengentasan kemiskinan serta kelaparan tidak dapat dipisahkan dengan kebijakan pembangunan pertanian, pedesaan, dan kebijakan ketahanan pangan nasional. “Mayoritas penduduk miskin tinggal di pedesaan dengan kondisi lahan marginal, kualitas SDM relatif rendah, keterbatasan modal, serta belum memadainya fasilitas infrastruktur. Kelompok masyarakat miskin ini sangat menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Oleh karena itu, sebagai upaya mengentaskan kemiskinan, langkah strategis yang harus dilakukan adalah membangun sektor pertanian dan pedesaan secara terpadu,” jelasnya.
Jadi, secara tidak langsung, ketahanan pangan dapat mengurangi kemiskinan yang berhubungan dengan kelaparan dan kebutuhan pangan masyarakat dapat terpenuhi dengan baik, dari segi diversitas nya, keterjangkauannya dan ketersediaannya.

VI. PERAN AHLI GIZI
Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan. Indonesia sebagai negara agraris yang besar sesungguhnya memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, bahkan memasok bagi kebutuhan pangan global. Namun demikian, beberapa pangan pokok masih menghadapi berbagai permasalahan, baik ketersediaan dan pasokan maupun harga.
Dalam menurunkan angkaa kelaparan, pemerintah bersamaa kabupate kota telah menyusun beberapa gerakan strategi, yaitu Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional pada taahun 2011. Dalam pandan rencana aksi ini, disebutkan beberapa peran ahli gizi, yaitu
1. Perbaikan gizi masyarakat
Pemerintah memfokuskan pada ibu pra-hamil, ibuhamil, dan anak. dalam perbaikan ini, tentu melibatkan berbagai ranah keprofesian, tidak hanya ahli gizi saja. peran ahli gizi adalah untuk mengintervensi gizi efektif untuk meningkatkan peengetahuan akan gizi, dan memberikan implementasi2 khusus, seperti suplemen TTD pada ibu hamil dan WUS, juga vitamin A pada anak.
2. Peningkatan aksebilitas pangan yang beragam khususnya pada keluarga rawan pangan dan miskin.
Dalam mendapatkan pangan , pasti erat kaitannya dengan masalah ekonomi seseorang, peran ahli gizi dalam hal ini adalah untu mengedukasi masyarakat tentang pangan yang tersedia pada daerah tersebut, dan disesuaikan dengan status ekonomi mayarakat tersebut, sehingga mengurangi dampak dari kemiskinan pada pemilihan pangan.

3. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.
PHBS sangat mempengaruhi status gizi seseorang, karena dapat menyebabkan berbagai penyakit infeksi yang mempengaruhi status gizi seseorang. masyarakat harus diedukasi secara intensif untuk terus mempraktikan PHBS ini.
4. Melakukan berbagai penelitian terkait gizi untuk menunjang kemajuan kehidupan masyarakat.
5. Membantu pemerintah dalam membentuk kebijkan terkaait gizi untuk menanggulangi berbagai masalah gizi yang ada.
Secara umum, ketahanan pangan sebagian besar masyarakat Indonesia telah meningkat pada periode 2009 dan 2015. Hal ini, terutama sebagai dampak dari perbaikan pada beberapa indikator ketahanan pangan dan gizi. Hasil ini menggembirakan, namun kemajuan tersebut dapat mengalami hambatan jika tantangan-tantangan utama yang ada tidak ditangani dengan baik.


Hasil kajian departemen Isu dan Advokasi Ikatan Lembaga Mahasiswa Gizi Indonesia 2018/2019



DAFTAR PUSTAKA
Dewan Ketahanan Pangan dan WFP. 2015. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia 2015 : Versi Rangkuman
Hari Pangan Sedunia Momen Wujudkan Kedaulatan Pangan Di Era Perubahan Iklim  (Artikel ini diambil dari : www.depkes.go.id)
Jewarut, Riana Siprianus. 2018. Upayakan Program Indonesia Zero Hunger, Ini Strategi Kementan. JituNews.com [INTERNET]: Tersedia pada http://jitunews.com/read/42191/upayakan-program-indonesia-zero-hunger-ini-strategi-kementan#ixzz5V29nuG46
Pallutturi, Sukri.2015. Health Politics Teori Dan Praktek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Syadri, Muhammad. 2017. 8 Upaya Dunia Tuntaskan Masalah Kelaparan dan Rawan Pangan. JawaPos [INTERNET]: https://www.jawapos.com/internasional/16/10/2017/8-upaya-dunia-tuntaskan-masalah-kelaparan-dan-rawan-pangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar